Cerpen: Kamar Nomor 66

keluar dari kamar untuk menghapus perasaan tak baiknya. Sesampainya di loby, Luna tak menemui siapapun di sana. Hanya ada ruangan gelap yang semakin mencekam. Setelah cukup lama gelisah sendirian, Luna memberanikan diri untuk kembali ke dalam kamar dan melanjutkan istirahatnya sambil berharap hari akan segera terang. Saat sampai di dalam kamar, Luna kembali tersentak karena ia melihat barang-barang miliknya seperti habis dipakai oleh orang lain. Baju-bajunya yang menghadirkan bau tak sedap serta sisir kesayangannya yang dipenuhi dengan helaian panjang berwarna cokelat.

Luna menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia pun berlari ke atas tempat tidur dan mulai memejamkan mata sambil menutupi wajahnya. Apapun yang terjadi dan siapapun penghuni kamar itu sebelum dirinya, Luna berharap agar dirinya tidak diganggu. Luna menguatkan dirinya sendiri hingga ia terlelap.

Cahaya matahari pagi membuat Luna terbangun dan segera mengemas barang miliknya untuk dibawa pulang. Ketika hendak membayar penginapan, lagi-lagi ada hal aneh yang terjadi. Pihak penginapan itu meminta Luna membayar lebih dikarenakan Luna tidak tidur di kamar itu sendirian. Luna pun kembali menghadirkan peluhnya dan menjelaskan bahwa dirinya hanya sendirian. Namun pihak penginapan tidak mempercayai itu. Setelah perasaan buruk semakin menggumpal, Luna pun menyerah dan ia membayar biaya penginapan itu untuk dua orang. Bagi Luna itu tak apa, asalkan ia bisa segera keluar dari tempat penuh misteri itu.

Selang dua jam, akhirnya kendaraan yang hendak ditumpangi membawanya hingga kota yang ramai. Luna merasa lega karena terlepas dengan hal-hal yang membuatnya ketakutan. Saat masih di perjalanan, sang sopir pun menanyakan perihal penginapan yang ditempati Luna malam itu. Luna pun menjawab bahwa ia menginap di Penginapan Dara dengan kamar bernomor 66. Mendengar jawaban itu, sopir pun mengernyit heran. Sebab sang sopir mengetahui dengan pasti bahwa Penginapan Dara hanya memiliki 65 kamar dan tidak ada penambahan kamar dikarenakan sebentar lagi penginapan itu akan dikosongkan karena suatu hal. Luna menahan napas beratnya dan pikirannya kembali pada malam dimana dirinya berada di kamar tersebut sembari berpikir cukup keras “tempat apa yang aku tiduri malam itu?”