BALANGANEWS, PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga setelah China.
“Ada sedikit kemajuan dari tahun 2020, dimana Indonesia berada di urutan kedua setelah India. Berdasarkan Global TB Report Tahun 2021, diketahui insiden TBC sebanyak 824.000 kasus serta mortalitas TBC 34 per 100.000 penduduk per tahun,” terang Suyuti dikutip dari MMC Kalteng, Kamis (9/6/2022).
Ia menjelaskan, dengan muncul tantangan baru bagi pengendalian TBC, yaitu pandemi covid-19, dimana penyakit TBC merupakan salah satu komorbid yang berpengaruh memperburuk pandemi, dan merupakan salah satu faktor komorbid yang harus di-screening sehingga berpotensi memperlambat proses pemberian vaksinasi Covid-19.
Lebih lanjut, ia menjabarkan, capaian indikator utama program TBC tingkat nasional tahun 2021, baik indikator penemuan dan pengobatan pada TB Sensitif Obat (SO) maupun TB Resisten Obat (RO), masih di bawah target nasional.
Data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) tahun 2021 menunjukkan bahwa capaian cakupan penemuan kasus TB CDR (Case Detection Rate) sebesar 48% dari target 86%, dengan angka keberhasilan pengobatan (treatment success rate) sebesar 84%.
“Di Kalteng sendiri, pada tahun 2021 berhasil tercatat sebanyak 2.895 kasus (CDR 30%), meningkat dibandingkan tahun 2020 dimana berhasil tercatat hanya 2.546 kasus (CDR 27%), namun masih di bawah target nasional yaitu CDR 86%, dan di bawah rata-rata nasional yaitu CDR 48%,” terang Suyuti.
Sedangkan angka keberhasilan pengobatan (succes rate)Â di Provinsi Kalteng tahun 2021 (pasien pengobatan tahun 2020) sebesar 84 % atau masih di bawah target nasional yaitu 90% dan di bawah rata-rata nasional sebesar 86%.
“Sementara, sejak awal tahun hingga Mei 2022, CDR Kalteng masih bertahan di angka 10%, di mana seharusnya untuk terus berprogres secara linier, CDR pada semester 1 tahun 2022 harus lebih 20%, sehingga perlu ditingkatkan upaya terkait surveilans terutama pencatatan dan pelaporan yang real time,” terang Suyuti.
Ia juga menerangkan, pasien TB RO di Kalteng per 5 Juni 2022 ditemukan sebanyak 20 pasien, namun yang memasuki tahap pengobatan hanya 16 pasien.
“Hal itu karena fasilitas pengobatan TB RO di Kalimantan Tengah masih terkonsentrasi di Palangka Raya dan Pangkalan Bun, sementara fasilitas TCM sudah tersedia di seluruh kabupaten di Kalimantan Tengah,” ucapnya.
Sambung Suyuti, pencapaian indikator utama program TB di tahun 2021 ini sudah menunjukkan peningkatan dibanding masa awal pandemi tahun 2020, dan harus lebih baik lagi di tahun 2022.
“Kita harus mempersiapkan strategi surveilans TB di tengah peralihan pandemi covid19 menjadi endemi yang lebih kondusif agar progress yang sudah kita buat dapat terus meningkat secara berkelanjutan. (asp)