Cerpen: Air Terjun Biru

Ilustrasi (Sumber: apkdl.in)

“Sundari akan menjadi penjaga air terjun ini. Tidak masalah jika aku tidak bisa hidup dengannya lagi. Bukankah itu hal baik dan kita akan bahagia bersama. Sundari tidak akan bisa mengganggu kebahagiaan kita,” Wardhana pun sudah membulatkan tekadnya.

Pagi itu, Sundari terlihat gembira karena suami yang sangat ia sayangi kembali ke rumahnya, padahal di balik itu semua ada maksud tersembunyi Wardhana yang hendak menyingkirkan istrinya untuk selamanya. Wardhana pun berkata bahwa ia ingin memberi kejutan untuk Sundari di sebuah air terjun, mendengar semua itu, lagi-lagi Sundari tertawa dengan riang. Dengan senang hati Sundari menerima ajakan suaminya untuk pergi ke air terjun itu.

Sesampainya di sana, Putri Andini sudah menunggu dan siap menjadikan Sundari sebagai penunggu air terjun itu untuk selamanya. Alangkah terkejutnya Sundari setelah sang suami yang ia harap akan selalu menjaganya dengan baik itu justru mendorongnya hingga terjatuh ke dalam air. Detik itu juga, Putri Andini mengeluarkan kekuatan jahatnya. Sundari tak mampu untuk kembali ke permukaan, jika ia beranjak dari air terjun itu maka dadanya akan sesak, jika hanya beberapa menit saja menjauh dari air terjun itu, Sundari akan lenyap begitu saja. Setiap malam terdengar suara tangisan dari air terjun itu. Itu adalah Sundari yang masih bersedih karena diperlakukan demikian oleh suaminya sendiri. Sundari hanya mampu berdiam diri, menahan dinginnya hidup bertahun-tahun dalam kepiluannya.

Waktu terus berlalu, di tempat lain Wardhana dan Putri Andini hidup bersama dengan anak-anak mereka. Wardhana sangat bahagia, ia seolah sudah melupakan bahwa jauh di kehidupan masa lalu, ia pernah mencintai Sundari dengan sepenuh hati. Tapi semua kenangan itu ditepisnya, ia tidak ingin mengingat kisah cintanya dengan istri pertama sebab kehidupan yang sekarang membuatnya merasa lebih baik.

Di suatu hari, ketika anak-anak kesayangan Wardhana itu tumbuh dewasa, hal buruk pun satu per satu mulai terjadi. Tubuh Wardhana semakin tua renta. Sedangkan Putri Andini masih berwajah awet muda. Tidak ada perubahan pada Putri Andini. Ia seolah masih seperti gadis cantik yang pertama kali ditemui Wardhana di air terjun itu.

Melihat keadaan Wardhana yang sering sakit-sakitan, Putri Andini bersama anak-anaknya memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Mereka tidak ingin hidup dengan pria tua yang penyakitan seperti Wardhana. Cacian serta makian diterima Wardhana, bahkan anak kandungnya sendiri pun tidak sudi untuk sekadar menatapnya. Di kesendirian, Wardhana termenung dengan kondisi yang semakin lemah. Ia menangis dengan tumpahan air mata yang luar biasa. Ia sangat merindukan Sundari. Dulu, meskipun Sundari tidak mampu memberikan keturunan untuknya, namun Sundari mencintainya dengan ketulusan. Tak pernah sekali pun Sundari berniat untuk meninggalkannya.

Kini sesal di hati Wardhana semakin menjadi-jadi,