Cerpen: Pak Nelayan Tak Pulang-pulang

Ilustrasi (Sumber: Google)

Rumah renta dengan atap tipis yang selalu terkikis akibat terpaan angin di sekitar pantai itu nampaknya semakin memprihatinkan. Pagi pun tiba, Pak Nelayan bergegas untuk menjala ikan dan biasanya ia akan kembali ke rumah ketika matahari senja menyapanya.

Ombak tak terlalu tenang, namun Pak Nelayan tetap melangkah ke depan. Ia harus mencari lebih banyak ikan hari itu agar anak gadisnya yang bernama Bulan tidak memakinya jika hanya mendapatkan sedikit ikan.

Sebenarnya Pak Nelayan bersedih, karena anak kesayangannya itu tumbuh menjadi sosok angkuh yang berhati keras serta tidak pernah menghargai tiap usahanya.

Tapi bagi Pak Nelayan, itu tak apa, selama ia masih ada di dunia, ia akan terus berusaha mengikuti kemauan anaknya.

Pernah sekali Pak Nelayan tidak mendapatkan seekor ikan pun dalam pencariannnya, Bulan pun memarahi ayahnya dengan kalimat-kalimat yang tak sepatutnya ia ucapkan. Bukannya memperhatikan kondisi ayahnya yang lelah karena sudah seharian berjuang menghidupinya, ia justru mengusir ayahnya dan meminta ayahnya jangan kembali ke rumah sebelum mendapatkan lebih banyak ikan untuk dijual.

Dan hari itu, Pak Nelayan mengucap harap dalam hatinya, ia berharap ikan yang didapat sangat banyak agar ia mampu melihat anak tercintanya tersenyum untuknya.

Hingga senja pun tiba begitu saja, ketika merasa ikan yang didapat sudah cukup untuk dibawa pulang, Pak Nelayan pun kembali ke rumah sederhananya itu dengan tawa dan mata yang ceria.

Pak Nelayan sangat bergembira ketika sang anak menyambutnya dengan rona bahagia di wajahnya. Ikan yang dibawa Pak Nelayan sangat banyak dan mereka mendapatkan keuntungan lebih ketika menjual ikan-ikan itu.